Mengukur Rasa Kesepian: Tinjauan Literatur
tentang Skala Penilaian Loneliness dalam Psikologi
Penulis : Cindy Amelia Putri
Dosen Pembimbing: Desi Nurwidawati, S.Si., M.Sc.
S1 Psikologi, Fakultas Psikologi,
Universitas Negeri Surabaya, Surabaya
Abstrak :
Kesepian adalah perasaan terisolasi
yang dapat dialami oleh individu dari berbagai usia dan latar belakang, dan
memiliki dampak signifikan terhadap kesejahteraan psikologis. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kesepian dan faktor-faktor psikologis,
sosial, serta pengaruh media sosial pada mahasiswa, terutama yang merantau.
Dengan menggunakan Social Media Addiction Scale (SMAS) dan UCLA Loneliness
Scale, hasil menunjukkan adanya hubungan signifikan antara kecanduan media
sosial dan kesepian. Kesepian juga ditemukan berhubungan erat dengan rendahnya
harga diri dan tingkat stres. Temuan ini mempertegas perlunya pendekatan
multidimensi dalam menangani kesepian yang melibatkan dukungan sosial,
intervensi psikologis, dan pengelolaan kecanduan media sosial.
Kata kunci: Kesepian, Kesejahteraan
Psikologis
Measuring Loneliness: A Literature
Review on Loneliness Assessment Scales in Psychology
Abstract :
Loneliness is a feeling of isolation
experienced by individuals of various ages and backgrounds, significantly
affecting psychological well-being. This study aims to examine the relationship
between loneliness and psychological, social factors, as well as the influence
of social media on students, particularly those living away from home. Using
the Social Media Addiction Scale (SMAS) and UCLA Loneliness Scale, the results
show a significant relationship between social media addiction and loneliness.
Loneliness is also closely related to low self-esteem and stress levels. These
findings emphasize the need for a multidimensional approach to address
loneliness, involving social support, psychological interventions, and social
media addiction management.
Keywords: Loneliness, Psychological
Well-being
Koresponden : Cindy Amelia Putri.
Email :
cindyamelia.23013@mhs.unesa.ac.id
Kesepian atau loneliness kerap
terjadi kepada anak-anak maupun orang dewasa dan lansia yang mengalami
perubahan dalam hidupnya. Kesepian juga bersifat umum dan dapat dirasakan
oleh siapa saja di berbagai kelompok usia, status sosial, dan latar belakang.
Kesepian tetap menjadi fenomena yang dapat dialami oleh siapa saja, meskipun
ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kerentanannya, seperti perubahan besar
dalam hidup, masalah psikologis, atau kondisi sosial. Menurut (Russel, Peplau
dan Cutrona dalam Sari dan Listiyandini, 2015) Kesepian (loneliness)
adalah emosi negatif yang muncul karena adanya kesenjangan hubungan sosial yang
diharapkan dengan kenyataan yang ada, secara kualitas maupun kuantitas. Kesepian
merupakan kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan berkomunikasi serta membina
hubungan persahabatan yang akrab dan mendalam (Tan, et al, 2021). Sebagai
masalah yang kompleks, kesepian melibatkan berbagai faktor psikologis, sosial,
dan biologis. Untuk memahami kesepian dari perspektif psikologi, penting untuk
mempertimbangkan pengalaman subjektif individu dan bagaimana perasaan
terisolasi atau terputus dari orang lain dapat memengaruhi kesehatan mental dan
fisik mereka. Penanganan kesepian sering kali membutuhkan pendekatan yang
holistik dan multidimensional yang menggabungkan dukungan sosial, intervensi
psikologis, dan dukungan sosial.
Penelitian yang dilakukan oleh (Yurni
dalam Setiawan dan Suryadi, 2021) terhadap 76 mahasiswa Universitas Batanghari
Jambi yang berusia antara 17 hingga 25 tahun menemukan adanya hubungan positif
dan signifikan antara perasaan kesepian dan harga diri, yang berarti bahwa
mahasiswa yang merasa kesepian cenderung memiliki harga diri yang lebih rendah.
Mayoritas partisipan berusia 19 tahun (30,3%), diikuti oleh 18 tahun (23,7%)
dan 17 tahun (17,1%), sementara sisanya tersebar di usia 20 hingga 25 tahun.
Sebanyak 43,4% partisipan terlibat dalam kegiatan organisasi, sementara 56,6%
tidak mengikuti kegiatan apapun. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa 43%
mahasiswa merasa kesepian dalam hubungan pertemanan, 29% dalam hubungan
kelompok, 20% dalam hubungan romantis, dan 4% dalam hubungan keluarga.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Dafnaz dan Effendy (2022) menunjukkan bahwa
ada hubungan antara kesepian dan masalah psikologis pada remaja dengan total 99
responden yang terlibat dengan uji korelasi
didapatkan nilai p
sebesar 0,001 (<0,05) yang berarti ada
hubungan antara kesepian dengan stres
pada remaja.
Menurut Nuraini dan Laksmiwati (2024)
mahasiswa seringkali dihadapkan pada berbagai tuntutan akademis, sosial, dan
perubahan lingkungan yang signifikan. Ini merupakan periode penting dalam
pembentukan karakter, identitas, dan kepribadian mereka. Dalam menghadapi
dinamika tersebut, ada potensi besar terkait harapan, tuntutan, dan kenyataan yang
harus diterima. Semua dinamika ini dapat mempengaruhi konsentrasi, keteguhan,
dan kemandirian mahasiswa. Dampaknya bisa menurunkan kinerja akademik,
memperburuk hubungan sosial, dan memunculkan pandangan negatif terhadap diri
sendiri maupun orang lain. Perubahan-perubahan ini, meskipun tidak langsung,
mempengaruhi aktivitas sehari-hari mahasiswa, termasuk tantangan dan tuntutan
baru. Semua itu dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis mahasiswa, karena
masalah psikologis saling berhubungan dan berperan besar dalam kondisi mental
serta pola perilaku mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Miftahurrahmah &
Harahap (2020) dengan menggunakan metode kuantitatif dilakukan menggunakan alat
ukur Social Media Addiction Scale (SMAS) dan UCLA Loneliness Scale. Hasil
analisis menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara kecanduan media
sosial dan kesepian. Artinya, jika semakin tinggi tingkat kecanduan media
sosial, semakin besar kemungkinan mahasiswa mengalami kesepian. Penelitian yang
dilakukan menyoroti dampak negatif penggunaan media sosial yang berlebihan
terhadap kesejahteraan psikologis mahasiswa.
Terdapat beberapa faktor-faktor yang
menyebabkan kesepian di Indonesia seperti (1) kepribadian seseorang yang introvert
atau rasa rendah diri sehingga hal itu dapat menghambat hubungan sosial, (2) Kehilangan
orang-orang terdekat seperti adanya perpisahan sehingga dapat menyebabkan rasa
duka yang mendalam, (3) Kurang dalam hal bersosialisasi dalam hubungan sosial
seperti membangun atau mempertahankan hubungan bersosialisasi tersebut, (4)
Media sosial yang menjadi faktor kesepian karena orang lain akan kehilangan
minat untuk bersosialisasi tatap muka dan memilih dengan menggunakan sosial media
dalam membangun relasi, (5) Budaya dan Urbanisasi yang terjadi seperti budaya
kolektivis ke individualis, (6) Adanya masalah dalam psikologisnya seperti
cemas dan depresi yang dapat menimbulkan rasa kesepian.
Artikel ini bertujuan untuk mengukur
kesepian (loneliness) dari berbagai
aspek, jika kesepian merupakan emosi negatif yang timbul dari kesenjangan
antara hubungan sosial yang diharapkan dan realita. Dengan menggunakan instrument
penelitian terdahulu, menunjukkan hubungan signifikan antara kesepian dengan
harga diri rendah, stres, serta kecanduan media sosial, terutama di kalangan
mahasiswa. Dengan berbagai macam faktor-faktor dan fenomena yang telah terjadi
di Indonesia dengan melihat dari aspek sosial dan psikologi. Literatur review
ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap kesepian (loneliness) kepada
khalayak ramai.
Metode
Metode yang digunakan dalam artikel
ini dengan menggunakan metode literature review yang merupakan proses mengkaji
secara menyeluruh berbagai penelitian dan sumber yang ada mengenai suatu topik.
Tujuannya adalah untuk merangkum temuan-temuan yang sudah ada, mengidentifikasi
area yang perlu penelitian lebih lanjut, serta memberikan dasar teori untuk
penelitian berikutnya. Literature review dianggap penting karena kajian
pustaka menjadi landasan mengenai alasan peneliti memutuskan untuk memilih tema
maupun judul tertentu (Ridwan, et., al 2021). Dengan menelaah literatur yang relevan,
literature review juga membantu merumuskan pertanyaan penelitian yang lebih
jelas dan mendalam. Artikel ini akan menganalisis rasa kesepian (loneliness)
dari berbagai aspek dengan menggunakan Social Media Addiction Scale (SMAS) dan
UCLA Loneliness Scale.
Hasil
Skala |
Fokus Utama |
Jumlah Item |
Dimensi yang Diukur |
Realibilitas (Cronbach α) |
Referensi |
UCLA Loneliness Scale |
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kesejahteraan psikologis dan
kesepian pada mahasiswa yang merantau. |
20 Item |
Kesepian sebagai perasaan terisolasi dan
terputus
dari hubungan sosial yang mencakup ketidakmampuan untuk membentuk atau
mempertahankan hubungan yang memadai dengan orang lain, baik secara emosional
maupun sosial. |
nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,931,
yang menunjukkan reliabilitas yang sangat baik. |
Pramitha, R. (2019). Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Kesepian
Pada Mahasiswa Yang Merantau Di Yogyakarta. https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/13606
|
Social Media Addiction Scale (SMAS) |
mengetahui hubungan antara loneliness (kesepian)
dengan kecanduan media sosial pada siswa. Dengan mengeksplorasi pengaruh
kesepian terhadap perilaku kecanduan media sosial. Selain itu, juga menyoroti
aspek virtual information sebagai faktor utama yang mendorong kecanduan media
sosial di kalangan siswa. |
18 item. |
Dimensi yang diukur untuk kesepian (loneliness)
mencakup perasaan-perasaan secara psikologis. |
nilai Cronbach’s Alpha yang didapatkan adalah
0,865, yang juga menunjukkan reliabilitas yang sangat baik. |
Hisan, A. D., & Dewi, D. K. (2024). Hubungan Antara Loneliness
dengan Kecanduan Media Sosial Pada Siswa SMA X. Innovative: Journal Of Social
Science Research, 4(4), 1011-1021. https://doi.org/10.31004/innovative.v4i4.13077 |
Pembahasan
Kesepian secara psikologis adalah
perasaan terisolasi, kurangnya koneksi sosial yang bermakna, dan ketidakmampuan
untuk membangun hubungan yang memadai dengan orang lain. Ini merupakan keadaan
emosional di mana individu merasa terasing atau terputus dari dunia sosial di
sekitarnya, meskipun mereka mungkin berada di tengah orang banyak. Kesepian
sering dikaitkan dengan perasaan kesedihan, ketidakpuasan, dan keputusasaan
yang memengaruhi kesejahteraan psikologis secara keseluruhan. Kesepian adalah
perasaan tersisihkan, ter-pencil
dari orang lain
karena merasa berbeda dengan orang lain, tersisih dari
kelompoknya, merasa tidak diperhatikan
oleh orang-orang disekitarnya, terisolasi
dari lingkungan, serta tidak
ada seseorang tempat
berbagi rasa dan pengalaman (Sampao, 2005) dalam Septiningsih dan Na’imah,
(2021).
Terdapat beberapa skala yang
digunakan untuk mengukur kesepian dari berbagai aspek-aspek dengan menggunakan Social
Media Addiction Scale (SMAS) dan UCLA Loneliness Scale.
1.
Social Media Addiction Scale (SMAS)
Social
Media Addiction Scale (SMAS) adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
tingkat kecanduan atau perilaku kompulsif terkait penggunaan media sosial.
Skala ini menilai berbagai aspek, seperti frekuensi penggunaan, ketergantungan
emosional, dan gangguan dalam kehidupan sehari-hari akibat keterlibatan dengan
media sosial. SMAS membantu mengevaluasi dampak media sosial terhadap kehidupan
sosial, akademik, atau profesional individu dan sering digunakan dalam
penelitian untuk memahami pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental dan
perilaku. Dalam penelitian diatas, 18 item dengan dimensi yang diukur untuk
kesepian (loneliness) mencakup perasaan terisolasi, terabaikan, dan
kurangnya hubungan sosial yang bermakna. Untuk kecanduan media sosial, dimensi
yang diukur meliputi intensitas penggunaan media sosial, frekuensi aktivitas
online, serta dampaknya terhadap kehidupan sosial dan akademik siswa. Nilai
Cronbach’s Alpha yang didapatkan adalah 0,865, yang juga menunjukkan
reliabilitas yang sangat baik. Kelebihan dari Social Media Addiction Scale
(SMAS) adalah dirancang khusus untuk mengukur kecanduan media sosial, yang
relevan di era digital. Selain itu, telah diuji dan menunjukkan konsistensi
yang baik dalam hasil pengukuran. Namun, terdapat pula kekurangan-kekurangan
seperti hanya mengukur kecanduan media sosial, tanpa mempertimbangkan faktor
lainnya yang mungkin mempengaruhi perilaku serta penilaian bergantung pada
persepsi individu tentang kecanduannya terhadap media sosial.
2.
UCLA Loneliness Scale.
UCLA
Loneliness Scale merupakan alat ukur yang dikembangkan untuk mengidentifikasi
tingkat kesepian individu. Skala ini mengukur perasaan terisolasi, kekurangan
dukungan sosial, dan ketidakpuasan dalam hubungan sosial. Dikenal sebagai alat
yang valid dan reliabel, skala ini terdiri dari pertanyaan yang menilai baik
dimensi emosional maupun sosial dari kesepian. Terdapat versi terbaru UCLA
Loneliness Scale (versi 3) yang berisi 20 item yang mencakup perasaan tidak
terhubung dengan orang lain dan ketidakpuasan dalam kehidupan sosial. Skala ini
digunakan dalam berbagai penelitian psikologi untuk menganalisis kesepian dalam
konteks sosial dan psikologis. Dengan nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,931,
yang menunjukkan reliabilitas yang sangat baik. Kelebihan UCLA Loneliness Scale
adalah terbukti efektif dalam mengukur kesepian dengan hasil yang konsisten, sangat
fleksibel sehingga dapat digunakan pada berbagai kelompok usia dan konteks
budaya serta item-item yang mudah dipahami. Kekurangan UCLA Loneliness Scale
seperti terbatas dalam mengukur kesepian dalam aspek emosional dan sosial saja,
tanpa memperhitungkan faktor lain serta bersifat subjektif berdasarkan persepsi
individu yang dapat dipengaruhi oleh keadaan emosional saat pengisian.
Simpulan
Kesepian
merupakan fenomena emosional yang berdampak signifikan terhadap kesejahteraan
psikologis individu, termasuk mahasiswa yang merantau. Artikel ini menganalisis
kesepian menggunakan dua skala utama, yaitu UCLA Loneliness Scale dan Social
Media Addiction Scale (SMAS). Penelitian
menunjukkan adanya hubungan signifikan antara kesepian dengan faktor-faktor
seperti harga diri, kecanduan media sosial, serta masalah psikologis lainnya.
Kedua skala ini memiliki reliabilitas yang sangat baik dan terbukti efektif
untuk mengukur kesepian dan dampaknya. Namun, keduanya juga memiliki
keterbatasan, seperti subyektivitas dan keterbatasan dalam mengukur aspek-aspek
non-emosional dari kesepian. Literatur ini memberikan wawasan penting bagi
pemahaman lebih mendalam tentang kesepian, terutama dalam konteks sosial dan
psikologis di kalangan mahasiswa.
Saran
Saran yang
dapat peneliti berikan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian
dengan pendekatan multidimensi yang mengacu pada pemahaman fenomena dari
berbagai perspektif atau dimensi yang saling berhubungan. Dalam konteks
kesepian, pendekatan ini melibatkan faktor-faktor psikologis, sosial, biologis,
dan bahkan budaya. Misalnya, penelitian yang memperhitungkan dampak interaksi
sosial, kecanduan media sosial, kondisi psikologis (seperti stres atau
kecemasan), serta aspek budaya yang memengaruhi hubungan antar individu akan
memberikan gambaran yang lebih lengkap dan akurat tentang pengalaman seseorang.
Selain itu, karena keterbatasan waktu yang peneliti lakukan tidak dapat menjelaskan
secara lebih rinci terkait dengan fenomena kesepian dari berbagai budaya, psikologis,
dan lain semacamnya. Sehingga peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian longitudinal
atau penelitian jangka panjang yang akan memberikan pemahaman lebih mendalam
tentang bagaimana perasaan kesepian berkembang dari waktu ke waktu, terutama di
kalangan mahasiswa serta pengembangan skala yang lebih holistik yang mencakup
dimensi sosial, psikologis, dan budaya bisa lebih menggambarkan pengalaman
kesepian secara menyeluruh dan relevan di berbagai konteks sosial.
Referensi
Dafnaz, H. K., & Effendy, E. (2020). Hubungan
kesepian dengan masalah psikologis dan gejala gangguan somatis pada remaja.
SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal, 2(1), 6-13.
Hisan, A. D., & Dewi, D. K. (2024). Hubungan
Antara Loneliness dengan Kecanduan Media Sosial Pada Siswa SMA X. Innovative:
Journal Of Social Science Research, 4(4), 1011-1021. https://doi.org/10.31004/innovative.v4i4.13077
Miftahurrahmah, H., & Harahap, F. (2020).
Hubungan kecanduan sosial media dengan kesepian pada mahasiswa. Acta
Psychologia, 2(2), 153-160.
Nuraini, I., & Laksmiwati, H. (2024). Pengaruh
Kesepian terhadap Kesejahteraan Psikologis pada Mahasiswa. Character Jurnal Penelitian
Psikologi, 11(2), 954-965. https://doi.org/10.26740/cjpp.v11i1.62380
Pramitha, R. (2019). Hubungan Kesejahteraan
Psikologis Dengan Kesepian Pada Mahasiswa Yang Merantau Di Yogyakarta. https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/13606
Ridwan, M., Suhar, A. M., Ulum, B., & Muhammad,
F. (2021). Pentingnya penerapan literature review pada penelitian ilmiah.
Jurnal Masohi, 2(1), 42-51.
Sari, I. P., & Listiyandini, R. A. (2015).
Hubungan antara resiliensi dengan kesepian (loneliness) pada dewasa muda
lajang. Prosiding Pesat, 6.
Suryadi, D. (2021). Hubungan antara harga diri
dengan kesepian pada remaja akhir di Jabodetabek selama pandemi COVID-19.
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis, 1(2), 169-176.
Tan, M. I., Esterina, N., & Damayanti, A.
(2021). Hubungan Antara Kesepian Dengan Tindakan Self-Harming Selama Masa
Pandemi Covid-19 Pada Mahasiswa. Psibernetika, 14(2).
Komentar
Posting Komentar